Pengaruh Aerasi Terhadap Kualitas Air Kolam dan Produksi Ikan Lele (Ictalurus)
Mevel dan Boyd (1992) melaporkan bahwa ikan lele (Ictalurus punctatus) telah diproduksi di Auburn, Alabama, dalam kolam kontrol dan kolam yang diberi aerasi udara-terdifusi kontinyu pada tingkat 0,9, 1,8 dan 3,6 kiloWatt/hektar. Konsentrasi DO (Dissolved Oxygen = oksigen terlarut) rata-ratanya sering di bawah 3 mg/liter di kolam kontrol dan pada dua perlakuan aerasi rendah (0,9 dan 1,8 kW/ha). Konsentrasi DO rata-rata tidak pernah jatuh di bawah 3 mg/liter pada perlakuan tingkat aerasi yang tinggi (3,6 kW/ha). Aerasi udara-terdifusi pada semua tingkat bisa menghilangkan stratifikasi DO vertikal di kolam dan mengurangi kisaran nilai-nilai DO harian minimum dan maksimum. Konsentrasi klorofil-a, kekeruhan, karbon dioksida, dan total fosfor, pH serta daya pandang Secchi disk tidak berbeda antar perlakuan. Konsentrasi total amonia nitrogen dan nitrit-nitrogen adalah lebih tinggi di kolam yang diaerasi daripada di kolam kontrol. Nilai produksi neto rata-rata dan rasio konversi pakan (FCR) adalah kontrol : 3.200 kg/ha, FCR = 2,01; perlakuan aerasi 0,9 kW/ha : 3.570 kg/ha, FCR = 2,75; perlakuan aerasi 1,8 kW/ha : 4.720 kg/ha, FCR = 2,11 dan perlakuan aerasi 3,6 kW/ha : 6.320 kg/ha, FCR = 1,79.
Mevel dan Boyd (1992) melaporkan bahwa ikan lele (Ictalurus punctatus) telah diproduksi di Auburn, Alabama, dalam kolam kontrol dan kolam yang diberi aerasi udara-terdifusi kontinyu pada tingkat 0,9, 1,8 dan 3,6 kiloWatt/hektar. Konsentrasi DO (Dissolved Oxygen = oksigen terlarut) rata-ratanya sering di bawah 3 mg/liter di kolam kontrol dan pada dua perlakuan aerasi rendah (0,9 dan 1,8 kW/ha). Konsentrasi DO rata-rata tidak pernah jatuh di bawah 3 mg/liter pada perlakuan tingkat aerasi yang tinggi (3,6 kW/ha). Aerasi udara-terdifusi pada semua tingkat bisa menghilangkan stratifikasi DO vertikal di kolam dan mengurangi kisaran nilai-nilai DO harian minimum dan maksimum. Konsentrasi klorofil-a, kekeruhan, karbon dioksida, dan total fosfor, pH serta daya pandang Secchi disk tidak berbeda antar perlakuan. Konsentrasi total amonia nitrogen dan nitrit-nitrogen adalah lebih tinggi di kolam yang diaerasi daripada di kolam kontrol. Nilai produksi neto rata-rata dan rasio konversi pakan (FCR) adalah kontrol : 3.200 kg/ha, FCR = 2,01; perlakuan aerasi 0,9 kW/ha : 3.570 kg/ha, FCR = 2,75; perlakuan aerasi 1,8 kW/ha : 4.720 kg/ha, FCR = 2,11 dan perlakuan aerasi 3,6 kW/ha : 6.320 kg/ha, FCR = 1,79.
Pengaruh Aerasi Oksigen Terhadap Kesehatan dan Produksi Ikan
Meade et al. (1991) meneliti pengaruh penambahan udara versus oksigen dalam sistem budidaya yang penggunaan airnya berangkai (air bekas kolam masuk ke kolam berikutnya) terhadap kalitas air dan pertumbuhan ikan, hematologi serta kondisi ginjal. Rangkaian ulangan lima unit budidaya, yang ditebari dengan ikan trout danau Salvelinus namaycush di Wisconsin dan Pennsylvania, telah dilengkapi dengan aerasi atau oksigenasi, kemudian air dan ikannya dipantau selama 2 bulan. Seperti yang diharapkan, konsentrasi amonia dan konduktivitas (daya hantar) air meningkat, sedangkan rata-rata konsentrasi oksigen terlarut (DO), tekanan gas total dan pertumbuhan ikan menurun karena airnya bekas kolam(-kolam) sebelumnya. Ada perbedaan tekanan gas total antara air yang diaerasi dan air yang dioksigenasi, karena efek penyingkiran nitrogen yang ditimbulkan oksigenasi mengakibatkan tekanan gas total menjadi jauh lebih rendah pada akhir rangkaian kolam dibandingkan dengan air pada kolam yang diaerasi. Jadi penggunaan oksigen jauh lebih efektif daripada penggunaan udara untuk mengendalikan nitrogen terlarut dan tekanan gas total. Disimpulkan bahwa penggunaan oksigen, sebagai pengganti udara, untuk mengendalikan oksigen terlarut tidak menyebabkan masalah fisiologis, tetapi juga tidak meningkatkan kesehatan maupun produksi ikan.
Meade et al. (1991) meneliti pengaruh penambahan udara versus oksigen dalam sistem budidaya yang penggunaan airnya berangkai (air bekas kolam masuk ke kolam berikutnya) terhadap kalitas air dan pertumbuhan ikan, hematologi serta kondisi ginjal. Rangkaian ulangan lima unit budidaya, yang ditebari dengan ikan trout danau Salvelinus namaycush di Wisconsin dan Pennsylvania, telah dilengkapi dengan aerasi atau oksigenasi, kemudian air dan ikannya dipantau selama 2 bulan. Seperti yang diharapkan, konsentrasi amonia dan konduktivitas (daya hantar) air meningkat, sedangkan rata-rata konsentrasi oksigen terlarut (DO), tekanan gas total dan pertumbuhan ikan menurun karena airnya bekas kolam(-kolam) sebelumnya. Ada perbedaan tekanan gas total antara air yang diaerasi dan air yang dioksigenasi, karena efek penyingkiran nitrogen yang ditimbulkan oksigenasi mengakibatkan tekanan gas total menjadi jauh lebih rendah pada akhir rangkaian kolam dibandingkan dengan air pada kolam yang diaerasi. Jadi penggunaan oksigen jauh lebih efektif daripada penggunaan udara untuk mengendalikan nitrogen terlarut dan tekanan gas total. Disimpulkan bahwa penggunaan oksigen, sebagai pengganti udara, untuk mengendalikan oksigen terlarut tidak menyebabkan masalah fisiologis, tetapi juga tidak meningkatkan kesehatan maupun produksi ikan.
Pengaruh Aerasi Terhadap Nitrifikasi
Avnimelech et al. (1992) melaporkan bahwa baik aerasi maupun percampuran massa air merupakan paramater penting dalam sistem akuakultur intensif. Penelitian mereka berkaitan dengan pengaruh masing-masing faktor tersebut dan gabungan keduanya terhadap pengubahan nitrogen dan karbon organik oleh bakteri. Metabolisme karbon organik yang paling efisien terjadi bila baik aerasi maupun percampuran massa air dilakukan bersama-sama. Penguraian bahan organik secara intensif juga berlangsung pada kondisi anaerobik terbatas, tetapi tidak pada sistem yang aerasinya terbatas. Aerasi merupakan faktor penting bagi berlangsungnya proses nitrifikasi. Bagaimanapun, proses nitrifikasi ini lebih efisien dan dimulai lebih awal bila dilakukan pengadukan. Selain itu, proses denitrifikasi juga terjadi dalam tangki yang diaerasi namun airnya tidak tercampur, di mana lapisan dasar tangki yang anaerob menyediakan kondisi yang dibutuhkan bagi proses tersebut. Percampuran massa air di kolam ikan meminimkan keberadaan zona anaerob yang tak dikehendaki di kolam dan meminimkan penimbunan amonium di dalam air.
Avnimelech et al. (1992) melaporkan bahwa baik aerasi maupun percampuran massa air merupakan paramater penting dalam sistem akuakultur intensif. Penelitian mereka berkaitan dengan pengaruh masing-masing faktor tersebut dan gabungan keduanya terhadap pengubahan nitrogen dan karbon organik oleh bakteri. Metabolisme karbon organik yang paling efisien terjadi bila baik aerasi maupun percampuran massa air dilakukan bersama-sama. Penguraian bahan organik secara intensif juga berlangsung pada kondisi anaerobik terbatas, tetapi tidak pada sistem yang aerasinya terbatas. Aerasi merupakan faktor penting bagi berlangsungnya proses nitrifikasi. Bagaimanapun, proses nitrifikasi ini lebih efisien dan dimulai lebih awal bila dilakukan pengadukan. Selain itu, proses denitrifikasi juga terjadi dalam tangki yang diaerasi namun airnya tidak tercampur, di mana lapisan dasar tangki yang anaerob menyediakan kondisi yang dibutuhkan bagi proses tersebut. Percampuran massa air di kolam ikan meminimkan keberadaan zona anaerob yang tak dikehendaki di kolam dan meminimkan penimbunan amonium di dalam air.
Keunggulan Metode Aerasi Sistem Suspensi
Lohalaksanadet dan Musig (1998) melaporkan bahwa penggunaan dua sistem aerasi, yaitu sistem aerasi untuk mensuspensi sedimen dan sistem aerasi untuk memindahkan sedimen ke tempat penimbunan di bagian tertentu di dasar kolam menyebabkan peningkatan kekeruhan air kolam sehingga menurunkan jumlah fitoplankton dan klorofil-a bila dibandingkan dengan kolam kontrol. Lebih rendahnya jumlah fitoplankton di kolam yang menggunakan kedua sistem aerasi ini menyebabkan lebih kecilnya fluktuasi harian pH dan konsentrasi oksigen terlarut, lebih sedikitnya penimbunan bahan organik, dan lebih tingginya potensial redoks tanah dasar kolam. Pada sistem suspensi sedimen diamati bahwa airnya lebih keruh serta fluktuasi harian pH dan konsentrasi oksigen terlarut lebih kecil bila dibandingkan dengan penggunaan aerasi untuk memindahkan sedimen ke tempat penimbunan tertentu. Tidak ada perbedaan nyata (P< 0,5) dalam hal tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan rasio konversi pakan pada semua perlakuan. Dengan memperhatikan data kualitas air dan tanah, disimpulkan bahwa sistem suspensi dianggap paling efektif dalam pengelolaan air kolam dan tanah kolam.
Lohalaksanadet dan Musig (1998) melaporkan bahwa penggunaan dua sistem aerasi, yaitu sistem aerasi untuk mensuspensi sedimen dan sistem aerasi untuk memindahkan sedimen ke tempat penimbunan di bagian tertentu di dasar kolam menyebabkan peningkatan kekeruhan air kolam sehingga menurunkan jumlah fitoplankton dan klorofil-a bila dibandingkan dengan kolam kontrol. Lebih rendahnya jumlah fitoplankton di kolam yang menggunakan kedua sistem aerasi ini menyebabkan lebih kecilnya fluktuasi harian pH dan konsentrasi oksigen terlarut, lebih sedikitnya penimbunan bahan organik, dan lebih tingginya potensial redoks tanah dasar kolam. Pada sistem suspensi sedimen diamati bahwa airnya lebih keruh serta fluktuasi harian pH dan konsentrasi oksigen terlarut lebih kecil bila dibandingkan dengan penggunaan aerasi untuk memindahkan sedimen ke tempat penimbunan tertentu. Tidak ada perbedaan nyata (P< 0,5) dalam hal tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan rasio konversi pakan pada semua perlakuan. Dengan memperhatikan data kualitas air dan tanah, disimpulkan bahwa sistem suspensi dianggap paling efektif dalam pengelolaan air kolam dan tanah kolam.
Gabungan Aerasi dan Sirkulasi Air Untuk Memperbaiki Kolam Ikan
Rogers (1989) menyatakan bahwa aerasi dan sirkulasi adalah dua proses yang terpisah, masing-masing sangat mempengaruhi dinamika kolam budidaya. Aerasi atau penambahan oksigen ke air kolam menyediakan kondisi yang cukup aerob untuk mendukung kehidupan akuatik dan memperbaiki kualitas air. Sirkulasi, sebaliknya, tidak secara langsung menambahkan oksigen ke kolam tetapi dapat mempengaruhi aerasi dengan cara mendistribusikan kembali oksigen dan mempengaruhi pemindahan oksigen. Baik aerasi maupun sirkulasi penting untuk mencegah proses penuaan alami tanah dan air kolam. Strartegi manajemen yang efektif harus melibatkan aerasi maupun sirklulasi. Keuntungan sistem seperti ini adalah memperpanjang umur kolam, memperbaiki kualitas air dan tanah kolam, menyeragamkan distribusi suhu dan konsentrasi oksigen terlarut dari permukaan ke dasar kolam, mengurangi lapisan sedimen anoksik dan memperbaiki habitat bagi produksi ikan.
Rogers (1989) menyatakan bahwa aerasi dan sirkulasi adalah dua proses yang terpisah, masing-masing sangat mempengaruhi dinamika kolam budidaya. Aerasi atau penambahan oksigen ke air kolam menyediakan kondisi yang cukup aerob untuk mendukung kehidupan akuatik dan memperbaiki kualitas air. Sirkulasi, sebaliknya, tidak secara langsung menambahkan oksigen ke kolam tetapi dapat mempengaruhi aerasi dengan cara mendistribusikan kembali oksigen dan mempengaruhi pemindahan oksigen. Baik aerasi maupun sirkulasi penting untuk mencegah proses penuaan alami tanah dan air kolam. Strartegi manajemen yang efektif harus melibatkan aerasi maupun sirklulasi. Keuntungan sistem seperti ini adalah memperpanjang umur kolam, memperbaiki kualitas air dan tanah kolam, menyeragamkan distribusi suhu dan konsentrasi oksigen terlarut dari permukaan ke dasar kolam, mengurangi lapisan sedimen anoksik dan memperbaiki habitat bagi produksi ikan.
Casino City | Mapyro
ReplyDeleteCasino City in South Carolina is an 오산 출장샵 18 mile dirt-packed 공주 출장마사지 casino with a 천안 출장샵 large 아산 출장안마 Address, 1 mile from Horseshoe Casino and the River City 구미 출장마사지 Center, 1 mile from